tag:blogger.com,1999:blog-13598992331557637992024-03-18T20:43:12.505-07:00UPTD Pendidikan TK,SD Kecamatan PareJl.PB Sudirman No.106 PareUPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-86300047731935267132013-07-07T19:23:00.001-07:002013-07-07T19:23:21.061-07:00Proses VerVal NUPTK PADAMU NEGERIDibawah ini merupakan link-link untuk mengunduh file tentang Proses VerVal NUPTK PADAMU NEGERI, harap dipelajari dengan baik :<br />
- <a href="http://www.4shared.com/file/XTTk1Mf2/PAPARAN_LAYANAN_PADAMU_NEGERI.html">PAPARAN LAYANAN PADAMU NEGERI</a><br />
- <a href="http://www.4shared.com/file/yibjSp1d/TAHAPAN-_TAHAPAN_PROSES_VERVAL.html">TAHAPAN-TAHAPAN PROSES VERVAL NUPTK 2013</a><br />
- <a href="http://www.4shared.com/file/JckHMsBY/PANDUAN_AKTIVASI_AKUN_SEKOLAH_.html">PANDUAN AKTIVASI AKUN SEKOLAH DAN VERVAL LEVEL 1</a><br />
- <a href="http://www.4shared.com/file/zRyWbcpP/PANDUAN_AKTIVASI_AKUN_PTK_DAN_.html">PANDUAN AKTIVASI AKUN PTK DAN VERVAL LEVEL 2 (EDS DAN DATA RINCI)</a><br />
- <a href="http://www.4shared.com/file/bh94Plbd/AKTIVASI_OPERATOR_KECAMATAN.html">AKTIVASI AKUN KECAMATAN KE AKUN OPERATOR SEKOLAH</a>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-82677649055930887182013-06-16T22:21:00.003-07:002013-06-16T22:23:28.820-07:00PERMINTAAN DATA SARANA DAN PRASARANA SD 2013Silahkan download <a href="http://www.4shared.com/file/vz9jBIsW/DATA_SARPRAS_SD-SDLB_2013.html">BLANGKO SARPRAS SD 2013</a><br />
mohon diisi dan di kumpulkan paling lambat TANGGAL 18 JUNI 2013 PUKUL 08.30 WIBUPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-79739975848767124492013-06-10T19:00:00.001-07:002013-06-11T19:09:49.523-07:00Data Profil Sekolah dan Contoh Blangko SKHU SementaraSilahkan di download...............:D<br />
- <a href="http://www.4shared.com/office/MVW7GxNb/DATA_INDUK_LEMBAGA_PROFIL_SEKO.html">Data Induk (Profil Lembaga)</a><br />
- <a href="http://www.4shared.com/file/x6ppslm-/BLANGKO_SKHU_SEMESNTARA.html">Contoh Blangko SKHU</a>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-70498310834064740492013-05-15T23:14:00.002-07:002013-05-15T23:14:26.824-07:00Permintaan Data Riil Lembaga TK dan SD Data ini silahkan di download harap dilihat petunjuk yang ada di bawah tabel, TERIMA KASIH!<br />
- <a href="http://www.ziddu.com/download/22203260/SD.rar.html">Data Riil Lembaga SD</a><br />
- <a href="http://www.ziddu.com/download/22203264/TK.rar.html">Data Riil Lembaga TK</a>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-7967326573673951552011-02-26T18:49:00.000-08:002011-02-26T18:49:01.110-08:00Pengaruh Penerapan Hukuman Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Belajar<span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-size: 10px; font-weight: 500;"></span><br />
<div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">A. Pengertian Hukuman, Disiplin dan Mandiri</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Hukuman adalah vonis dari pengadilan terhadap seseorang yang terbukti bersalah (Purwadarminta, kamus umum bahasa Indonesia:1991). Pembentukan disiplin diri merupakan suatu proses yang harus dimulai sejak masa kanak-kanak. Oleh karena itu pendidikan disiplin pertama-tama sudah dimulai dari keluarga (orang tua). Dalam kehidupan masyarakat secara umum, metode yang paling sering digunakan untuk mendisiplinkan warganya adalah dengan pemberian hukuman.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span id="more-660" style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Hal yang sama dilakukan juga oleh sebagian besar orang tua ataupun guru dalam mendidik anak-anak atau muridnya. Kerugiannya adalah disiplin yang tercipta merupakan disiplin jangka pendek, artinya anak hanya menurutinya sebagai tuntutan sesaat, sehingga seringkali tidak tercipta disiplin diri pada mereka. Hal tersebut disebabkan karena dengan hukuman anak lebih banyak mengingat hal-hal negatif yang tidak boleh dilakukan, daripada hal-hal positif yang seharusnya dilakukan.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">17</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Dampak lain dari penggunaan hukuman adalah perasaan tidak nyaman pada anak karena harus menanggung hukuman yang diberikan orang tuanya jika ia melanggar batasan yang ditetapkan. Tidak mengherankan jika banyak anak memiliki persepsi bahwa disiplin itu adalah identik dengan penderitaan. Persepsi tersebut bukan hanya terjadi pada anak-anak tetapi juga seringkali dialami oleh orang tua mereka. Akibatnya tidak sedikit orang tua membiarkan anak-anak “bahagia” tanpa disiplin. Tentu saja hal ini merupakan suatu kekeliruan besar, karena di masa-masa perkembangan berikutnya maka individu tersebut akan mengalami berbagai masalah dan kebingungan karena tidak mengenal aturan bagi dirinya sendiri.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Disiplin adalah proses pelatihan pikiran dan karakter, yang meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, dan menumbuhkan ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai tertentu (Andrias Harefa, menjadi manusia pembelajar). Disiplin di sini dimaksudkan cara kita mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya adalah memberitahu dan menanamkan pengertian dalam diri anak tentang perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, dan untuk mendorongnya memiliki perilaku yang sesuai dengan standar ini. Dalam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik (Dr. Martin Leman, disiplin anak:2000).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Mandiri adalah suatu sikap dimana seseorang terbebas dari sifat ketergantungan dari pihak luar. Berkenaan dengan sikap mandiri ini maka motivasi adalah salah satu cara bagaimana membentuk seseorang bisa menjadai mandiri. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<br />
<div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">B. Hal-Hal Yang Melatar Belakangi Adanya Hukuman Dan Ganjaran (Penghargaan)</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Untuk anak yang masih dalam usia pra sekolah, yang harus ditekankan adalah aspek pendidikan dan pengertian dalam disiplin. Seorang anak yang masih usia pra sekolah ini, diberi hukuman hanya kalau memang terbukti bahwa ia sebenarnya mengerti apa yang diharapkan dan terlebih bila ia memang sengaja melanggarnya. Sebaliknya bila saat ia berperilaku sosial yang baik, ia diberikan hadiah, biasanya ini akan meningkatkan keinginannya untuk lebih banyak belajar berperilaku yang baik.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Ada berbagai cara yang umum digunakan oleh orang tua untuk mendisiplinkan anak-anak dan remaja, antara lain :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1. Disiplin Otoriter</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Disiplin Otoriter adalah bentuk disiplin yang tradisional yang berdasar pada ungkapan kuno “menghemat cambukan berarti memanjakan anak”. Pada model disiplin ini, orang tua atau pengasuh memberikan anak peraturan-peraturan dan anak harus mematuhinya. Tidak ada penjelasan pada anak mengapa ia harus mematuhi, dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang aturan itu. Anak harus mentaati peraturan itu, jika tidak mau dihukum. Biasanya hukuman yang diberikan pun agak kejam dan keras, karena dianggap merupakan cara terbaik agar anak tidak melakukan pelanggaran lagi di kemudian hari. Seringkali anak dianggap sudah benar-benar mengerti aturannya, dan ia dianggap sengaja melanggarnya, sehingga anak tidak perlu diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya lagi. Jika anak melakukan sesuatu yang baik, hal ini juga dianggap tidak perlu diberi hadiah lagi, karena sudah merupakan kewajibannya. Pemberian hadiah malahan dipandang dapat mendorong anak untuk selalu mengharapkan adanya sogokan agar melakukan sesuatu yang diwajibkan masyarakat.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2. Disiplin yang lemah</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Disiplin model ini biasanya timbul dan berkembang sebagai kelanjutan dari disiplin otoriter yang dialami orang dewasa saat ia anak-anak. Akibat dahulu ia tidak suka diperlakukan dengan model disiplin yang otoriter, maka ketika ia memiliki anak, di didiknya dengan cara yang sangat berlawanan. Menurut teknik disiplin ini, anak akan belajar bagaimana berperilaku dari setiap akibat perbuatannya itu sendiri. Dengan demikian anak tidak perlu diajarkan aturan-aturan, ia tidak perlu dihukum bila salah, namun juga tidak diberi hadiah bila berperilaku sosial yang baik. Saat ini bentuk disiplin ini mulai ditinggalkan karena tidak mengandung 3 unsur penting disiplin.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3. Disiplin Demokratis</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Disiplin jenis ini, menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa aturan-aturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil. Walaupun anak masih sangat muda, tetapi daripadanya tidak diharapkan kepatuhan yang buta. Diupayakan agar anak memang mengerti alasan adanya aturan-aturan itu, dan mengapa ia diharapkan mematuhinya. Hukuman atas pelanggaran yang dilakukan, disesuaikan dengan tingkat kesalahan, dan tidak lagi dengan cara hukuman fisik. Sedangkan perilaku sosial yang baik dan sesuai dengan harapan, dihargai terutama dengan pemberian pengakuan sosial dan pujian.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Adapun penerapan tipe-tipe disiplin ini memberi dampak yang cukup nyata bedanya. Pengaruh penerapan disiplin ini pada anak, meliputi beberapa aspek, misalnya :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1. Pengaruh pada perilaku</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Anak yang mengalami disiplin yang keras, otoriter, biasanya akan sangat patuh bila dihadapan orang – orang dewasa, namun sangat agresif terhadap teman sebayanya. Sedangkan anak yang orang tuanya lemah akan cenderung mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang demokratis akan lebih mampu belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2. Pengaruh pada sikap</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Baik anak yang dibesarkan dengan cara disiplin otoriter maupun dengan cara yang lemah, memiliki kecenderungan untuk membenci orang yang berkuasa. Anak yang diperlakukan dengan cara otoriter merasa mendapat perlakuan yang tidak adil. Sedangkan anak yang orang tuanya lemah merasa bahwa orang tua seharusnya memberitahu bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilakunya. Disiplin yang demokratis akan menyebabkan kemarahan sementara, tetapi kemarahan ini bukanlah kebencian. Sikap-sikap yang terbentuk sebagai akibat dari metode pendidikan anak cenderung menetap dan bersifat umum, tertuju kepada semua orang yang berkuasa.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3. Pengaruh pada kepribadian</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Semakin banyak anak diberi hukuman fisik, semakin anak menjadi keras kepala dan negativistik. Ini memberi dampak penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk, yang juga memberi ciri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Bila anak dibesarkan dengan disiplin yang demokratis, ia akan mampu memiliki penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang terbaik.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Persepsi yang sering keliru adalah pengertian istilah pemberian hadiah. Kadang orang tua beranggapan bahwa memberikan hadiah selalu berupa memberi mainan, permen, coklat, atau hadiah lain yang berupa benda. Sebenarnya hadiah juga dapat berupa bukan benda, misalnya berupa pengakuan atau pujian pada anak. Para orang tua yang menggunakan cara disiplin demokratis, tidak mau banyak memberi hadiah berupa benda. Mereka khawatir hal ini akan memanjakan anak atau takut cara ini dianggap sebagai bentuk penyuapan yang merupakan teknik disiplin yang buruk.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Pelanggaran berupa bentuk ringan dari ketidaktaatan pada aturan atau perbuatan yang keliru sangat sering terjadi pada masa prasekolah. Pelanggaran ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, ketidaktahuan anak bahwa perilakunya itu tidak baik atau tidak dibenarkan. Anak mungkin saja sudah diberi tahu berulang kali dan ia pun hafal kata-kata aturannya itu, tetapi ia tidak mengerti konsep yang dikandung dari aturan itu, dan kapan ia harus menerapkannya. Sebagai contoh, anak bisa mengerti bahwa mencuri adalah tidak boleh, tetapi ia belum tentu tahu bahwa mencontek juga termasuk mencuri.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Hal kedua yang sering juga menjadi penyebab anak melanggar adalah anak belajar bahwa sengaja tidak patuh dalam hal yang kecil-kecil umumnya akan mendapatkan perhatian yang lebih besar daripada perilaku yang baik. Jadi kadang anak yang merasa diabaikan, demi menarik perhatian orang tuanya sengaja berbuat salah dengan harapan akan memperoleh perhatian lebih. Dan ketiga, pelanggaran dapat disebabkan oleh kebosanan. Bila anak tidak memiliki kegiatan untuk mengisi waktu luang, maka kadangkala anak ingin membuat kehebohan. Atau kadang bisa juga ia hendak menguji kekuasaan orang dewasa dengan melihat seberapa jauh ia dapat melakukan sesuatu tanpa dihukum.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4. Anak yang lebih besar</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Bagi anak yang lebih besar, yang sudah masuk usia sekolah, disiplin berperan penting dalam perkembangan moral. Disiplin bagi anak yang lebih besar ini menjadi hal yang lebih serius lagi. Teknik disiplin yang pada usia pra sekolah tampaknya efektif, tidak bisa dijalankan tetap dengan cara yang sama terus menerus. Bagi anak yang sudah diusia sekolah ini, disiplin yang diterapkan juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Hal yang perlu lebih diperhatikan antara lain adalah :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Anak yang lebih dewasa, semakin lama semakin membutuhkan penjelasan mengenai mengapa hal tertentu tidak boleh dilakukan, dan mengapa hal lain baik untuk dilakukan. Anak semakin mampu memahami konsep tentang perilaku yang baik, dan wawasannya juga semakin meluas. Sebagai akibatnya, tuntutan atas penjelasan berbagai hal semakin besar pula.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Pemberian ganjaran seperti pujian atau perlakuan khusus bila anak melakukan sesuatu yang baik, mempunyai nilai yang positif dalam mendorong anak berusaha berbuat lebih baik lagi lain kali. Akan tetapi pemberian pujian dan perlakuan istimewa pun harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, jangan dari kecil hingga besar sama saja.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Pemberian hukuman juga harus dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hukuman juga harus bersifat lebih mendidik, bukan malah menimbulkan kebencian dan rasa dipermalukan. Hukuman yang diberikan harus proporsional dengan tingkat pelanggaran, dan anak harus dibuat mengerti mengapa hal yang dilakukan itu salah.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Konsistensi dalam memberikan hukuman atau ganjaran pun penting. Untuk kesalahan yang sama berikan hukuman yang sama, dan sebaliknya juga untuk hal yang baik. Apa yang benar dan baik hari ini, akan tetap benar esok hari. Jangan apa yang hari ini benar dan baik, besoknya menjadi hal yang dianggap salah dan patut dihukum. ( Majalah ‘Anakku’ ed.4, thn 2000)</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Ada beberapa hal pokok yang dapat diacu sebagai dasar merespon setiap perilaku dalam rangka pendidikan disiplin, diantaranya adalah sebagai berikut :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">a. Berkelanjutan</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan, artinya disiplin tidak hanya diberikan setelah anak masuk sekolah atau setelah masa remaja, tetapi harus sudah dilatih sejak anak baru dilahirkan ke dunia ini. Sejak anak membutuhkan kedekatan dengan orang dewasa, membutuhkan kasih sayang orang dewasa. Orang tua dapat memulai mendidik disiplin dengan menunjukan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang jelek. Sebagai contoh agar anak dapat disiplin dalam buang air, maka orang tua harus secara berkelanjutan dan konsisten dalam membersihkan dan mengganti pakaian sang bayi, ia di kenalkan pada situasi yang menyenangkan dan tahu apa yang harus dilakukan dengan semestinya sejak dini. Dengan perlakuan orang tua yang demikian akan meringankan tugas pada masa berikutnya karena anaknya tidak akan mengenal ngompol.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Selain itu pendidikan disiplin tidak hanya ditekankan pada waktu anak membuat perilaku yang tidak diinginkan atau pada waktu anak gagal mencapai harapan orang tua. Perilaku-perilaku yang diinginkanpun perlu (meski tidak harus terus-menerus), mendapatkan pengakuan, persetujuan atau penghargaan. Jika anak sejak bayi telah dilatih untuk berdisiplin maka pada masa remaja ia akan memiliki disiplin diri yang cukup sehigga akan mampu menahan segala godaan yang datang dari teman maupun lingkungan sekitarnya.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">b. Autoritatif</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Pendidikan disiplin sebaiknya tidak dilakukan dengan cara yang terlalu otoriter, tetapi juga tidak terlalu memperbolehkan semuanya (permisif). Cara yang tepat dalam pendidikan disiplin bagi remaja disebut dengan istilah moderatnya autoritatif : fleksibel, tetapi bila perlu tegas. Dalam menerapkan cara disiplin yang permisif (dapat dikatakan sebagai mendidik tanpa disiplin) cenderung menghasilkan anak remaja yang manja, semena-mena, anti sosial dan cenderung agresif. Sebaliknya, disiplin yang keras yang terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Hal ini dapat membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif bahkan ada pula yang pada akhirnya melampiaskan kemarahannya pada orang lain. Hubungan dengan lingkungan sosial akan lebih berorientasi kepada kekuasaan dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak hatinya. Sedangkan yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Ada pula yang menimbulkan pembelotan, hal ini terjadi terutama bila larangan-larangan yang bersangsi hukuman tidak diimbangi dengan alternatif (cara) lain untuk memenuhi kebutuhan yang mendasar. Contoh: remaja dilarang untuk keluar bermain, tetapi di dalam rumah ia tidak melakukan apa-apa dan tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya karena kesibukan mereka.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">c. Beri Batas-Batas Yang Jelas</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Batas-batas tentang boleh atau tidak boleh haruslah jelas, misalnya kapan anak boleh bermain, dimana dan dengan siapa sehingga anak tidak mengganggu orang lain dan menghindarkan anak dari kecelakaan. Sejak masa kanak-kanak orang tua harus sudah memberikan batasan-batasan tersebut. Misalnya: anak boleh mengambarkan dengan pensil warna dikertas-kertas, dipapan yang telah ditentukan, tetapi tidak boleh di buku pelajaran kakaknya, buku ayah atau ibu, dan tidak boleh menggambar di tembok.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Penting bagi orang tua untuk mengingat bahwa batasan dan fasilitas yang diberikan oleh orang tua, hendaknya memenuhi kriteria tertentu: diperlukan, masuk akal, diberikan dengan penuh ketulusan dan kebaikan hati, dan secara konsisten sesuai kematangan anak. Fasilitas dianggap diperlukan bila anak dapat mencapai kemajuan yang lebih baik jika adanya fasilitas tersebut. Batas dan fasilitas dianggap masuk akal bila memenuhi pertimbangan kesehatan dan keadilan. Kebaikan hati adalah keinginan dalam memenuhi kebutuhan anak untuk berkembang seoptimal mungkin tanpa melampaui kemampuan anak mengontrol diri. Fasilitas yang konsisten dengan kematangan umum anak berarti tergantung pada perkembangan kecerdasan dan kematangan anak. Makin berkembang kematangan anak akan makin dapat diperluas batas-batas dan fasilitas. Dengan kata lain pada remaja luasnya batas tersebut sangatlah ditentukan kematangan yang telah dicapai oleh remaja tersebut.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">d. Konsisten dan Fleksibel</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Setelah batas-batas ditentukan, maka orang tua harus mengupaya kesepakatan dengan anaknya untuk saling mematuhi apa yang telah ditentukan. Walau demikian, batas-batas yang ditentukan ini harus terus direvisi sesuai dengan perkembangan anak dan anak telah mencapai remaja maka penentuannya harus mengikut sertakan masukan dari remaja. Dengan cara tersebut diharapkan dapat membantu remaja untuk lebih cepat mengembangkan tanggung jawab atas disiplin diri.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Meski batas-batas telah ditetukan ada kalanya keadaan memaksa dan batas tersebut terpaksa dilanggar. Dalam kondisi ini orang tua perlu segera memberitahu dan menjelaskan pada remaja bahwa keadaan tersebut dapat dipahami dan diterima oleh orang tua namun bukan berarti bahwa batasan yang telah ditentukan tidak berlaku lagi. Sikap dan komunikasi orang tua semacam ini akan dapat mengurangi rasa berdosa, penyesalan bahkan rasa sakit hati yang tidak diperlukan.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">e. Menjelaskan Secara Lengkap</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Terkadang seorang anak berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua dengan alasan karena ia tidak tahu. Untuk mengatasi hal tersebut maka orang tua sangat perlu untuk mengupgrade diri sehingga mampu menjelaskan secara lengkap apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, mengapa hal itu boleh/tidak, apa dampaknya jika dilakukan/tidak dilakukan, dan sebagainya. Janganlah menganggap bahwa anak selalu mempunyai pertimbangan sematang orang tua (meski harus diakui ada remaja yang jauh lebih matang cara pandang/pikir dari orang tuanya). Kesalahan yang seringkali dilakukan orang tua adalah terlalu menganggap anaknya sudah mampu untuk mempertimbangkan segala sesuatu. Apalagi pada masa remaja, sang anak cenderung terlihat sangat mandiri. Banyak orang tua yang lupa bahwa anak remajanya masih membutuhkan penjelasan dan bimbingan dari orang tua, meski mereka terlihat enggan untuk mengakuinya. Dalam hal ini, justru orang tua lah yang seharusnya segera sadar dan mempertimbangkan bahwa anaknya masih belum tahu dan sesegera mungkin mengajarkan hal-hal tersebut kepada remaja tersebut. Bukankah orang tua yang seharusnya lebih memahami anak-anaknya secara rinci.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">f. Berlatih</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Orang tua hendaknya mengarahkan anak untuk mengembangkan pola-pola kebiasaan yang baik. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut harus sudah dilatih terus-menerus sejak usia dini, misalnya anak dibiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mematuhi jadwal belajar dan bermain, tidur dan bangun pagi secara teratur, dan sebagainya. Hal ini perlu, sebab setiap kebiasaan dan pola perilaku yang terbentuk pada masa kanak-kanak akan banyak mempengaruhi kebiasaannya kelak ketika dia dewasa.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">g. Hukuman</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Hukuman yang mendidik adalah hukuman yang menyadarkan pihak yang bersalah dalam hal ini remaja, bahwa hal yang baru saja terjadi hendaknya tidak diulangi karena hal tersebut tidak disetujui orang tua. Hukuman haruslah dipandang sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perbuatan yang melanggar batasan-batasan yang ditetapkan. Hukuman tidak harus selalu menyakitkan, dan jangan dijadikan sebagai luapan kemarahan atau penyakuran emosi dari si penghukum (orang tua). Jika harus memberikan hukuman, hukumlah anak sesuai dengan tingkat pemahaman anak tentang hukuman tersebut. Hukuman yang terlalu berat akan mengakibatkan anak mendendam, dan bila ia tidak dapat membalaskan dendamnya akan terjadi pengalihan dalam bentuk kekerasan terhadap orang lain (tawuran) dan vandalism (mis. Coret-coret, merusak properti orang lain). Penting diperhatikan dalam pemberian hukuman adalah penjelasan mengapa anak terpaksa dihukum, hukuman harus dilakukan segera setelah perilaku terjadi, dan jangan melakukan hukuman fisik, seperti memukul atau menampar, dan sebagainya terhadap anak-anak.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">h. Komunikasi</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Dalam kenyataan sehari-hari, banyak masalah yang berhubungan dengan disiplin sebenarnya dapat diselesaikan dengan menggunakan komunikasi timbal balik yang efektif antara anak dan orang tua. Dalam hal ini cara-cara berkomunikasi akan memegang peranan penting dalam pembentukan disiplin. Komunikasi dalam bentuk sindiran, hinaan, merendahkan harga diri orang lain hendaknya digunakan seminimal mungkin, bahkan harus dihindari sama sekali. Anak dan remaja sangatlah peka terhadap hal ini, dan dapat sakit hati karenanya. Jika cara-cara tersebut yang digunakan untuk mendisiplinkan anak, cara-cara demikian akan cenderung ditiru dalam hubungan interpersonal dengan orang-orang lain yang akibatnya dapat merugikan diri sang anak maupun orang lain.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">C. Peranan Guru dalam Membentuk Kedisiplinan</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1. Pengertian Guru</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain: Dosen, Mentor dan Tutor.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Menurut Zakiah Darajat (1992), tidak sembarangan orang dapat melakukan tugas guru, tetapi orang-orang tertentu yang memenuhi persyaratan berikut ini yang dipandang mampu : bertakwa, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2. Peranan Guru dalam Pendidikan</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai-nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan supaya pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4) Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">5) Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Selanjutnya dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Abin Syamsuddin menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social agent).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4) Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">5) Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">6) Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">7) Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4) model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh para peserta didik; dan</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">5) Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan;</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4) Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3. Fungsi Guru dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal. Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda-tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas professional.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">D. Beberapa Bentuk Pola Sikap Siswa dalam Belajar</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sebelum membahas tentang pola sikap siswa dalam belajar alangkah lebih baik kita mengenal dulu apa itu belajar. Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Crow & Crow dan (195 <img alt="8)" class="wp-smiley" src="http://www.the-az.com/wp-includes/images/smilies/icon_cool.gif" style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /> : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4) Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">5) Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">6) Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Perubahan yang fungsional.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4) Perubahan yang bersifat positif.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">5) Perubahan yang bersifat aktif.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">6) Perubahan yang bersifat permanen.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">7) Perubahan yang bertujuan dan terarah.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><img alt="8)" class="wp-smiley" src="http://www.the-az.com/wp-includes/images/smilies/icon_cool.gif" style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /> Perubahan perilaku secara keseluruhan.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4) Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">5) Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">1) Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">2) Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">3) Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">4) Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">5) Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">6) Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">7) Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><img alt="8)" class="wp-smiley" src="http://www.the-az.com/wp-includes/images/smilies/icon_cool.gif" style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /> Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.</div><div style="color: #777777; font-family: 'Lucida Sans Unicode', Arial, Verdana, Helvetica, Geneva, sans-serif; font-weight: 500; font: normal normal 500 1.3em/normal Arial, Helvetica, Geneva, sans-serif; line-height: 19px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">9) Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.</div>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-39437739471778295382011-02-21T03:00:00.000-08:002011-02-21T03:00:52.708-08:00Metode Pembelajaran Efektif<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; font-size: 12px; line-height: 21px;">Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; font-size: 12px; line-height: 21px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; font-size: 12px; line-height: 21px;"><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode Debat</span></span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode Role Playing</span></span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)</span></span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Berpikir dan bertindak kreatif.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.</span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.</span></span></span><br />
<a name='more'></a><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pembelajaran Berdasarkan Masalah</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Langkah-langkah:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kelebihan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kekurangan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Cooperative Script</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Langkah-langkah:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">6. Kesimpulan guru.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">7. Penutup.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kelebihan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Setiap siswa mendapat peran.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kekurangan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Picture and Picture</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Langkah-langkah:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Menyajikan materi sebagai pengantar.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">7. Kesimpulan / rangkuman.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kebaikan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Melatih berpikir logis dan sistematis.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Numbered Heads Together</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Langkah-langkah:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">6. Kesimpulan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kelebihan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Setiap siswa menjadi siap semua.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kelemahan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">a. Seleksi topik</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">b. Merencanakan kerjasama</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">c. Implementasi</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">d. Analisis dan sintesis</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">e. Penyajian hasil akhir</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">f. Evaluasi</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode Jigsaw</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Metode Team Games Tournament (TGT)</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Penyajian kelas</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Kelompok (team)</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Game</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Turnamen</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Team recognize (penghargaan kelompok)</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Langkah-langkah:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Guru menyajikan pelajaran.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Memberi evaluasi.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">6. Penutup.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kelebihan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Melatih kerjasama dengan baik.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kekurangan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Membedakan siswa.</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Model Examples Non Examples</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Langkah-langkah:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">7. KKesimpulan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kebaikan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kekurangan:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Memakan waktu yang lama.</span><br />
<br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span style="color: #3333ff; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Model Lesson Study</span></span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">a. Perencanaan.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">b. Praktek mengajar.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">c. Observasi.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.</span><br />
<span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.</span>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-4471724223624411762010-12-15T21:37:00.000-08:002010-12-15T23:16:58.918-08:00Daftar Hasil Verifikasi Tenaga Honorer Kategori II<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 18px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;">HASIL VERIFIKASI PENDATAAN TENAGA HONORER YANG BEKERJA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI UNTUK KATEGORI II (PENGHASILANNYA DIBIAYAI BUKAN DARI APBN / APBD)</div></div><table border="0" style="font-size: 12px;"><caption></caption><tbody>
<tr><td valign="top"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">I.</span></td><td colspan="3" rowspan="2"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi (Menpan & RB) Nomor 05 Tahun 2010 tanggal 28 Juni 2010 tentang Pendataan Tenaga Honorer Yang Bekerja di Lingkungan Instansi Pemerintah, Tim Pendataan Tenaga Honorer Yang Bekerja Di Lingkungan Instansi Pemerintah Kabupaten Kediri telah melaksanakan verifikasi berkas Tenaga Honorer yang masuk dalam Kategori II (Penghasilannya dibiayai bukan dari APBN / APBD) dengan hasil sebagai berikut :</span></div></td></tr>
<tr><td></td></tr>
<tr><td></td><td style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">a.</span></td><td colspan="2"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">Jumlah Tenaga Honorer yang diusulkan dari unit kerja : 2401 orang.</span></td></tr>
<tr><td></td><td style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">b.</span></td><td colspan="2"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">Jumlah Tenaga Honorer yang memenuhi syarat : 2361 orang.</span></td></tr>
<tr><td></td><td style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">c.</span></td><td colspan="2"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">Jumlah Tenaga Honorer yang tidak memenuhi syarat : 40 orang.</span></td></tr>
<tr><td valign="top"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">II.</span></td><td colspan="3" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">Adapun daftar nama 2361 Tenaga Honorer yang memenuhi syarat Kategori II (Penghasilannya dibiayai bukan dari APBN / APBD), sebagaimana daftar bisa di download pada link dibawah ini :<br />
<a href="http://www.ziddu.com/download/12991305/DaftarTenagaHonorerKategoriII.rar.html">>>>>DOWNLOAD DAFTAR TENAGA HONORER KATEGORI II<<<<</a></span></td></tr>
</tbody></table>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-56142061103944277752010-02-02T06:56:00.000-08:002010-02-02T06:56:18.914-08:00Cara Mujarab dalam Pengembangan Website Lewat BlogAnda sudah tahu bagaimana cara paling ampuh mengembangkan konten? Kalau belum, Anda wajib tahu. Sebab konten berkaitan erat dengan traffic dan penjualan Anda. Konten di situs web dan blog Anda mempengaruhi popularitas dan profit Anda.<br />
Konkretnya begini, orang akan memberikan alamat email mereka dan sign up di situs web atau blog Anda jika mereka suka yang Anda tulis. Selama posting artikel Anda menarik, informatif, juga inspiratif, saya yakin pengunjung segera bergabung di situs web dan blog Anda. <span id="more-433"></span><br />
Nah, pengunjung hanya mau membeli produk Anda, jika sales letter Anda sukses memberikan janji dan keuntungan yang mereka inginkan. Dan, satu lagi produk Anda minim resiko. Apalagi untuk situs web membership. Tentang copywriting pernah ditulis memikat oleh Mas Wawan Purnama di sini.<br />
Kalau Anda tak memberikan konten yang berbeda, terbaru, dan mendidik setiap kali posting, pelanggan Anda akan lari. Maka, jangan menganggap remeh isi blog Anda. Semua informasi yang dibutuhkan pengunjung harus Anda penuhi.<br />
<a name='more'></a><br />
Untuk memberikan konten yang selalu bermanfaat bagi pengunjung, Anda perlu menerapkan strategi. Ini sering disebut content development strategy. Dengan menerapkan strategi pengisian konten, Anda bisa memberikan yang diinginkan pengunjung Anda.<br />
Mudah saja caranya, cukup pelajari bagaimana menciptakan dan menggunakan konten yang tepat untuk semua posting. Misal, hari ini pengunjung sedang gandrung topik A. Maka berikanlah A. Atau misal, mereka sedang kesulitan dengan problem B, ya beri solusi untuk masalah B. Untuk lebih memudahkan Anda mengembangkan konten, Anda bisa gunakan cara berikut ini.<br />
<strong>1. Tangkap perhatian </strong><br />
pengunjung<br />
Konten apapun yang Anda berikan, harus mampu menggaet perhatian pengunjung. Tentunya, dengan memiliki produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, Anda tinggal membuat konten yang bisa menarik perhatian mereka.<br />
Sebaik apapun produk Anda, jika Anda tak bisa mengungkapkannya dengan bagus di konten website, Anda akan kalah. Di internet, kekuatan yang Anda miliki adalah bahasa gambar dan keajaiban kata-kata.<br />
Kalau Anda lemah dalam merayu calon pembeli, pastinya Anda kalah dalam persaingan. Maka, segera pikat perhatian pengunjung sesaat setelah mereka memasuki situs web Anda. Katakan dengan tegas apa yang Anda tawarkan di awal website Anda.<br />
<strong>2. Tulis artikel ringan dan fokus</strong><br />
Pastikan sales copy Anda mudah dimengerti dan to the point. Pakai bahasa yang ringan tapi lugas. Jangan bertele-tele. Kalau Anda bisa membuat orang lain kaya dengan produk Anda, katakan saja terus terang! Kalau Anda bisa membuat orang lain cantik dengan produk Anda, ungkapkan langsung!<br />
Jika Anda memiliki blog, tulis saja artikel, informatif, tidak bertele-tele. Anda boleh menulis artikel pendek. Pengunjung biasanya lebih menyukai tipe tulisan yang pendek. Tapi, ada pula yang menyukai detail. Sehingga mereka lebih suka dengan artikel panjang. Untuk mengakomodasi semua tipe pengunjung, baiknya anda tak cuma menulis artikel pendek saja. Tapi, tulis juga yang panjang.<br />
Yang penting sesuaikan dengan kebutuhan. Ada banyak jenis artikel yang memperkaya isi blog Anda. Dan, jangan lupa, berikan link jika Anda mempunyai sumber artikel yang membahas tema anda lebih dalam.<br />
<strong>3. Lakukan perubahan </strong><br />
Anda bisa mengubah sales copy Anda dalam jangka waktu tertentu. Ingat, setiap sales copy memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda. Nah, Anda bisa terus mengubah gaya anda. Cari terus yang terbaik. Selama penjualan anda terus meningkat, berarti perubahan Anda membawa pengaruh yang baik.<br />
<strong>4. Original dan mudah dikenang</strong><br />
Membuat situs web berbeda dari yang lain itu penting. Fungsinya, agar Anda punya positioning yang berbeda dari pesaing Anda. Timbulkan kesan bahwa Anda internet marketer yang berbeda dari yang pernah ada.UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-75835419261174696362010-02-02T06:50:00.001-08:002010-02-02T06:50:47.636-08:00Pengelolaan Kelas Cooperative LearningMenciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang yang nyaman, suasana hati yang gembira tanpa tekanan maka dapat memudahkan siswa memahami materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Sesuai dengan pen-dapat tersebut, maka dalam pelaksanaan model cooperative learning dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model ini guru bukannya bertambah pasif tapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, pengaturan kelas saat pelaksanaan dan membuat tugas untuk dikerjakan oleh siswa bersama dengan kelompoknya.<br />
Dalam model pembelajaran cooperative learning, dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompoknya Sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja sama dengan anggota lainnya, di samping itu juga harus memiliki kiat-kiat bagaimana caranya berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yakni pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok, dan penataan ruang kelas. <span id="more-5541"></span><br />
(a). Pembentukan Kelompok. Pada saat pembentukan kelompok guru membuat kelompok yang heterogen. Pembentukan kelompok dibentuk dengan memperhatikan kemampuan akademis. Pada umumnya masing-masing kelompok beranggotakan empat orang yang terdiri atas satu orang yang berkemampuan tinggi, dua orang yang berkemampuan sedang, dan satu orang yang berkemampuan rendah.<br />
<a name='more'></a><br />
Alasan dibentuk kelompok heterogen adalah: Pertama, memberi kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, dapat meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender. Ketiga, memudahkan pengelolaan kelas karena masing-masing kelompok memiliki anak yang berkemampuan tingii (special hilper), yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu pemasalahan dalam kelompok.<br />
(b). Pemberian semangat kelompok. Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran cooperative learning ini maka masing-masing kelompok perlu memiliki semangat kelompok. Pemberian semangat ini sangat penting agar kelompoknya dapar bekerja lebih baik ini. Pemberian semangat ini bisa dibina dengan melakukan beberapa kegiatan yang bisa mempererat hubungan antara anggota kelompok. yaitu melalui kegiatan kesamaan kelompok, identitas kelompok, maupun sapaan atau sorak kelompok. Dengan demikian diharapkan tertanam perasaan saling memiliki di antara anggota kelompok. Rasa saling memiliki menciptakan nasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan dan dukungan dalam belajar. Dengan membangun rasa saling memiliki akan mempercepat proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab dari pelajar.<br />
(c). Penataan ruang kelas. Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh filsafat dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Pada umumnya penataan ruang kelas diatur secara klasikal, karena hal ini sangat sesuai dengan metode ceramah. Dalam metode ini guru berperan sebagai nara sumber yang utama atau mungkin satu-satunya nara sumber untuk model cooperative learning guru tidak hanya sebagai satu-satunya nara sumber. Tetapi siswa juga bisa belajar dari temannya dan guru berperan sebagai fasilitator, motivator, mediator dan evaluator. Sebagai konsekuensinya ruang kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang terjadinya dialog dalam cooperative learning. Pengaturan bangku memainkan peranan penting dalam kegiatan belajar model cooperative learning ini sehingga semua siswa bisa melihat guru atau papan tulis dengan jelas. Disamping itu harus bisa melihat dan menjangkau rekan-rekan kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.<br />
Oleh sebab itu, guru harus mampu menciptakan pengelolaan kelas cooperative learning, sehingga terjadi suatu proses interaksi yang satu individu dengan individu lainnya dapat terjadi, demikian pula interaksi antar kelompok dapat terbanguan. Karena inti dari cooperative learning adalah proses pembelajaran secara kelompok (grup).<br />
Menurut berbagai kajian di temukan bahwa pembelajaran secara berkelompok kegiatan yang dapat menciptakan aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dapat terbangun. Hasil dari proses pengajaran dan pembelajaran cooperative learning lebih optimal, dan banyak kelebihan dari pelaksanaan model pengajaran dan pembelajaran cooperative leraning ini jika dilakukan oleh guru.UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-17716013625545058012010-02-02T06:49:00.001-08:002010-02-02T06:49:38.268-08:00Berbagai Saran dalam Cooperative LearningDari berbagai pengamatan dan penelitian dari banyak pakar bahwa ada beberapa saran yang perlu kita sampaikan kepada guru tentang dampak pelaksanaan cooperative learning dan akan berdampak langsung kepada guru di lapangan.<br />
(a). Bagi guru. Bagi guru pertama, disarankan untuk mengubah paradigma tentang konsep yang memandang pembelajaran sebagai proses pengalihan pengetahuan (transfer of knowledge) kepada konsep yang memandang sejarah sebagai proses konstruktif. Perubahan ini sesuai dengan perubahan terhadap misi dan rujuan pembelajaran sejarah. Sebagai konsekuensinya guru sejarah harus memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengubah pola pengajaran lama yang masih bertumpu pada teacher centered kepada student centered. Salah satu langkah profesionalisme guru adalah mampu memperbaiki cara pembelajarannya ke arah yang lebih baik lagi.<br />
<a name='more'></a><br />
Kedua, kepada semua guru perlu adanya pemahaman yang mendalam tentang model pembelajaran cooperative learning agar guru dapat melaksanakan peranannya sebagai fasilitalor, mediator, director motivator dan evaluator. Untuk itu perlu diadakan sosialisasi yang lebih intensif tentang model cooperative learning melalui kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) sebagai wahana untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang pelaksanaan cooperative learning. Disamping itu model pembelajaran ini sesuai dengan konsep memberdayakan siswa, sehingga siswa memiliki peran aktif dalam kegiatan belajar. <span id="more-5812"></span><br />
Ketiga, guru harus memperhatikan secara seksama pembentukan kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik siswa. Untuk mengatasi keterbatasan waktu pembentukan kelompok dilakukan sebelum pembelajaran sejarah dimulai. Meskipun kegiatan belajar dilakukan secara berkelompok, guru harus memperhatikan adanya perbedaan kemampuan siswa karena siswa memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing dalam melaksanakan tugasnya. Keempat, model pembelajaran ini efektif untuk meningkatkan kinerja guru yang apabila diimplementasikan membawa sejumlah konsekuensi, di antaranya kemauan dan kemampuan guru untuk mengembangkan rencana pembelajaran (Renpel) secara matang, konsistensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan langah-langkah yang sudah terpola. Dan kemampuan guru dalam membuat alat evaluasi hasil dan proses belajar yang lebih beragam dan mampu mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi yang mendorong siswa untuk rnengembangkan kemampuan berpikir kritis.<br />
(b) Bagi kepala sekolah, kepala sekolah dapat mendorong kepada guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan model cooperative learning ini dengan mengikutsertakan guru-guru dalam kegiatan di sanggar MGMP, mengikuti seminar, ataupun penataran-penataran. Selanjunt, kepala sekolah memberikan otonomi akademik yang lebih luas kepada guru, ditambah dengan penyediaan sarana dan pra sarana seperti penyediaan buku-buku sejarah di perpustakaan dan media pembelajaran yang beragam, kunjungan ke museum atau situs-situs sejarah lainnya, untuk memotivasi siswa agar lebih menyenangi dan menyukai pembelajaran yang diajarkan guru.<br />
(c) Pengambil kebijakan, dal-am hal ini adalah pejabat yang terkait dan turut bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Kepada pihak pejabat yang terkait, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional Bidang Pendidikan Dasar diharapkan dapat memberi dorongan dan kemudahan bagi guru untuk rnenggunakari model pembelajaran ini melalui pemanfaatan sanggar MGMP, sehingga bila menemukan kendala ataupun kesulitan yang dihadapi guru, dapat dicarikan jalan keluarnya melalui pertemuan MGMP..<br />
(d) Pakar pendidikan ataupun para peneliti yang akan melakukan kajian dan pengembangan lebih lanjut. Perlu kami sampaikan bahwa model pembelajaran yang kita bahas ini sangat perlu untuk diteliti dan dikembangkan. Dengan hasil peng-kajian dan pengembangan yang dilakukan oleh pakar ataupun guru-guru dapat dijadikan dasar di dalam melakukan perubahan dan peng-embangan dunia pendidikan dan pengajaran. Dari sinilah kita mulai secara bertahap melakukan perubahan paradigma pengajaran yang dilakukan. Selanjutnya, pengetahuan yang kita peroleh sudah seharusnya dapat kita tularkan kepada guru-guru yang belum banyak dan mengerti tentang model pembelajaran cooperative learning.<br />
Bila kita sepakat untuk melakukannya, dan sepakat pula kita kembangkan terus kepada orang lain, maka kita akan menghasilkan pengajaran dan pembelajaran yang bermutu dan hasil belajar anak akan bermutu pulaUPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-14310798989751406032010-02-02T06:48:00.000-08:002010-02-02T06:48:01.812-08:00Efektifitas Model Pembelajaran Cooperative LearningModel pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.<br />
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.<br />
<a name='more'></a><br />
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan <span id="more-6574"></span>pengalaman belajarnya kepada siswa lain.<br />
Berikut ini akan dikemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh baik oleh guru maupun siswa di dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model cooperative learning.<br />
Pertama, melalui cooperative learning menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan model pembelajaran secara konvensional yaitu camah dan tanya jawab. Metode tersebut ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan digunakannva model cooperative learning, maka tampak suasana kelas menjadi lebih hidup dan lebih bermakna<br />
Kedua, membantu guna da-lam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mencarikan alternatif pemecahannya. Dari hasil penelitian tindakan pelaksanaan cooperative learning dengan diskusi kelompok ternyata mampu membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar.<br />
Ketiga, penggunaanya cooperative learning merupakan suatu model yang efektif untuk menge-mbangkan program pembelajaran terpadu. Dengan cooperative learning siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan aspek kognitif saja melainkan mampu mengembangkan aspek afektif dan psikomotor.<br />
Keempat, dengan melalui cooperative learning, dapat me-ngembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran ini lebih banyak berpusat pada siswa, sehingga siswa diberi kesempatan untuk turut serta dalam diskusi kelompok. Pemberian motivasi dari teman sebaya ternyata mampu mendorong semangat siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Terlebih lagi bila pembahasan materi yang sifatnya problematik atau yang bersifat kontroversial, mampu merangsang siswa me-ngembangkan kemampuan berpikirnya<br />
Kelima, dengan cooperative learning mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu me-ngembangkan sosial skill siswa. Disamping itu pula dapat me-latih siswa dalam me-ngembangkan perasaan empati maupun simpati pada diri siswa.<br />
Keenam, dengan cooperative learning mampu melatih siswa dalam berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat, berani dikriik, maupun menghargai pendapat orang lain. Komunikasi interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa menimbulkan dialog yang akrab dan kreatif.<br />
Dari beberapa keuntungan dari model pembelajaran cooperative learning di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan dan pengajaran salah satunya ditentukan oleh kemampuan dan ketera-mpilan guru dalam menggunakan strategi dan model pembelajaran yang digunakannya. Salah satu model yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan siswa adalah melalui model pembelajaran koperatif atau cooperative learning.UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-87600785590925220912010-02-02T06:45:00.000-08:002010-02-02T06:46:43.497-08:00Karakteristik Siswa Sekolah DasarMasa usia sekolah dasar sebagai mesa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.<br />
Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.<br />
Sedang menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan individu <span id="more-2198"></span>yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.<br />
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar.<br />
<a name='more'></a><br />
Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.<br />
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.<br />
Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.<br />
Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.<br />
Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.<br />
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompokUPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-29206326199006770282009-12-17T04:49:00.000-08:002009-12-29T04:09:39.760-08:00NPSN dan NISN siswa SD<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjflk5TAJ4I4YZ2IyP_s41tWWH0oL70DYBthROCVgQF9T-AlYWhb-Pd14OebpChsyuhW8BDr6fZY3aiEZL2i3lj6XlPLupZTUIz2DTfesyXshOw_VwR0oONUMVdLyHEdeCxbYZafaPmGiCi/s1600-h/logo-pendidikan.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjflk5TAJ4I4YZ2IyP_s41tWWH0oL70DYBthROCVgQF9T-AlYWhb-Pd14OebpChsyuhW8BDr6fZY3aiEZL2i3lj6XlPLupZTUIz2DTfesyXshOw_VwR0oONUMVdLyHEdeCxbYZafaPmGiCi/s200/logo-pendidikan.gif" /></a><br />
</div>Mau cari NISN anak anda atau anak-anak didik anda ? klik <a href="http://nisn.jardiknas.org/cont/data_statistik/rekap_diknas.php?prop=205&kota=205013&jenjang=1&status=N">di sini</a>, tapi ingat data ini adalah data bersama dari DAPODIKUPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-4724275512446201652009-12-01T00:37:00.000-08:002009-12-01T00:39:08.699-08:00Converter Office 2007 to Office 2003Huh pasti sebel dengan file baer-ekstansi .docx atau xlsx, to file yang dimiliki Office 2007, anda pasti gak bisa membukanya dengan menggunakan office biasa.........! <br />
Jika anda pernah mengalaminya, tenang…<br />
Jangan terburu-buru untuk mengganti Office anda menjadi Office 2007.<br />
Anda bisa menggunakan Converter yang disediakan pihak Microsoft.<br />
Dengan “Compatibility Pack” ini, para pengguna<br />
microsoft office 2003 maupun microsoft office XP,<br />
dapat support (open edit, dan save) file dokument word,<br />
excel dan powerpoint kamu ke dalam format file<br />
microsoft office 2007. More…Pengguna yang masih setia dengan<br />
office 2003 dan XP tidak harus berpindah ke ms office 2007,<br />
bila hanya menginginkan support terhadap office 2007.<br />
“Compatibility Pack” ini juga dapat digunakan oleh<br />
Microsoft Office Word Viewer 2003, Excel Viewer 2003,<br />
dan PowerPoint Viewer 2003 untuk membuka file-file yang<br />
disimpan dalam format Ms Office 2007.<br />
Silahkan <a href="http://www.microsoft.com/downloads/details.aspx?FamilyId=941B3470-3AE9-4AEE-8F43-C6BB74CD1466">Download disini..... </a>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-68072421234040907672009-11-28T06:01:00.000-08:002009-11-28T06:05:15.851-08:00Notebook yang bersahabat untuk Pendidikan Anak-Anak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2D_5T3fGw4B3jPE3yoKKb39ptBSUq3xcyTc5oKMk2MSDZf75MK5qBav9CJZJNOvq2rEw9dHVOwCH6hZta80JL-mfpwUgYyyrD6Kj0axCF2WZ0XRr_SQA3_c0gCFuKzPslXd_jYKx7F4G3/s1600/files.php.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2D_5T3fGw4B3jPE3yoKKb39ptBSUq3xcyTc5oKMk2MSDZf75MK5qBav9CJZJNOvq2rEw9dHVOwCH6hZta80JL-mfpwUgYyyrD6Kj0axCF2WZ0XRr_SQA3_c0gCFuKzPslXd_jYKx7F4G3/s320/files.php.jpg" /></a><br />
</div>Setelah OLPC (One <a href="http://www.beritanet.com/">Laptop</a> Per Child) dengan <a href="http://www.beritanet.com/">laptop</a> XO-nya, kini Dell mulai melirik untuk membawa netbook ke dunia pendidikan. Dell telah merilis netbook model 2100 yang kid-friendly, dengan system yang cocok untuk anak taman kanak-kanak (TK) hingga kelas delapan di bangku sekolah dasar. Netbook Dell Latitude 2100 ini dibangun dengan desain plastic dan casing terbuat dari karet, dibalut dengan variasi warna yang menarik bagi si anak.<br />
Oleh karena netbook Dell Latitude 2100 ini dikhususkan untuk pendidikan, maka netbook portable ini didesain untuk tahan banting, mengingat penggunanya masih anak-anak. Di bagian desain atasnya terdapat lampu penanda, yang digunakan sebagai indicator aktivitas jaringan. Penanda tersebut sangat ideal digunakan untuk peringatan ketika murid TK atau SD yang sedang berada di kelas, mencoba online dengan Internet. Namun, cahaya lampu tersebut tidak akan bersinar merah sampai anak-anak mengakses Internet ketika mereka berada di kelas. Dell masih memikirkan ide untuk warna lampu dan pola flash untuk mengindikasikan apa yang sedang dilakukan anak-anak, namun untuk saat ini masih berupa lampu biasa.<br />
Lampu penanda dalam netbook Dell Latitude 2100 tersebut merupakan transistor simple, dengan display touchscreen yang beresolusi 1024 by 576 piksel. Bahkan, jika anak-anak berulah mengotori display, maka guru atau orang tua dapat membersihkannya dengan mudah. Netbook Dell Latitude 2100 ini dibuat Dell dengan dilengkapi pilihan keyboard anti-microbia yang membantu mencegah penyebaran kuman dari tangan anak-anak.<br />
Netbook model Dell Latitude 2100 ini dilengkapi dengan processor Intel Atom N270 1.6-GHz, RAM 512MB, satu SSD (Solid State Drive) 16GB. Netbook Dell Latitude 2100 ini juga dapat berjalan di Windows Vista Home Basic, Windows XP, atau system Linux Ubuntu. Selain itu, masih ada webcam, koneksi Wi-Fi 802.11n dan akses Bluetooth yang ada di netbook Dell Latitude 2100 ini, walaupun tidak dilengkapi dengan optical drive. Bobot netbook Dell Latitude 2100 ini berkisar 2.9 pound, dengan dimensi 10.4 x 7.3 x 5.7 inch. Dell menjual netbook Dell Latitude 2100 ini mulai dengan harga $369, dengan susunan 3 cell baterai.(h_n)UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-55765113415456712382009-11-28T05:50:00.001-08:002009-11-28T05:52:02.665-08:00Demam Game di kalangan anak-anakJika dahulu game hanya menjadi monopoli anak kecil, lain halnya dengan yang terjadi sekarang. Kini sudah bukan hal aneh lagi jika seorang ayah dapat duduk berjam-jam bersama anaknya dalam adu kecepatan sebuah game. Dan inilah yang terjadi saat ini, game bukan monopoli anak kecil lagi.<br />
<br />
Yang namanya game saat ini sudah bisa dibilang sebagai mainan universal. Mulai dari balita, anak muda sampai dengan orang dewasa pun sudah tidak merasa asing lagi dengan yang namanya game. Jika dahulu orang mungkin hanya mengenal GameWatch atau pun GameBoy, kini orang dapat memilih beragam media permainannya. Untuk bermain game, saat ini kita tinggal memilih, ingin memakai <a href="http://www.beritanet.com/">komputer</a> desktop saja (PC) atau melalui laptop, atau dapat juga melalui perlengkapan game pabrikan seperti PlayStation atau Xbox. Bahkan saat ini PlayStation juga telah mengeluarkan perlengkapan game-nya tersebut dalam versi personal, yang disebut PSP. Sepintas, PSP sendiri mungkin mengingatkan kita pada era GameBoy, dimana sebuah game dapat dimainkan dimana pun melalui sebuah alat yang ukurannya hanya agak lebih besar dari sebuah handphone. Perlengkapan pendukung permainan yang ditawarkan pun sekarang sangat beragam, mulai dari <i>mouse </i>& <i>keyboard </i>standart, <i>QuickCam, headset, joystick, gamepad, racing wheel, PlayGear,</i> dan lain sebagainya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Seolah ingin semakin dapat terserap dengan baik oleh semua kalangan usia, game pun dibuat dengan berbagai tingkat kesulitan. Mulai dari level ‘<i>Beginner</i>’ sampai dengan ‘<i>Advance</i>’-pun dibuat untuk disesuaikan dengan tingkat kemahiran si pemain. Kalau sudah begini, maka game-pun mungkin juga sudah dapat dimainkan oleh balita hingga orang dewasa. Masing-masing telah dibuatkan porsi permainan mereka.<br />
<br />
Masih tentang porsi permainan, tidak hanya tingkat kesulitan saja yang disediakan secara beragam. Tipe permainan sendiri juga disediakan secara beragam. Mulai dari ‘career’ atau yang bersifat karir personal, hingga yang bersifat kompetisi dimainkan dengan banyak kompetitor atau musuh juga ada. Dan yang semakin menarik lagi dari perkembangan game adalah sifat personalisasi. Entah itu dalam jenis game balapan, perang hingga sepakbola, setiap pemain dimungkinkan untuk mendandani mobil, atau mengatur siasat perang, atau juga menyusun team atau kesebelasan sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Hal yang sangat luar biasa, karena pemain diijinkan untuk mempersonalisasikan diri mereka dalam setiap game yang dimainkan. Hal ini semakin mendekatkan imajinasi pemain ke dalam bentuk real virtual sebuah game.<br />
<br />
Lalu sejauh mana kategori game berkembang? Kategorisasi game sendiri berkembang dengan sangat luas. Saat ini tersedia berbagai macam kategori game. Mulai dari kategori game balapan seperti MotoGP, F1, Need For Speed, Colin McRae Rally; kategori game pertarungan atau perang seperti Counter Strike, Sniper Elite, Black Hawk Down, Mercenaries; juga kategori game pertandingan olah raga seperti FIFA, Championship Manager, Football Manager, Winning Eleven, NBA, SreetBall; dan masih banyak kategori game lain yang juga beredar di pasaran. Semuanya dibuat untuk sedapat mungkin memanjakan selera konsumen, dalam hal ini adalah para gamers.<br />
<br />
Hal yang kemudian mungkin menjadi pertanyaan adalah, manfaat apa yang dapat kita peroleh dari bermain game? Ide awal dari sebuah game pastinya adalah sebagai media hiburan. Dan pastilah hampir semua game dibuat sebagai hiburan. Tentang bagaimana seseorang justru menjadi stress karena terus menerus kalah saat bermain game, itu lain soal. Namun seharusnya seperti juga pada olah raga yang bersifat kompetitif, seharusnya game juga dapat membantu para pemainnya untuk belajar sportif. Sportifitas sendiri merupakan nilai positif yang diharapkan terkandung dari sebuah game. Seperti juga dalam kehidupan sehari-hari, tidak selamanya kita ‘menang’, namun juga tidak selamanya kita ‘kalah’. Semuanya harus diusahakan dengan baik seperti halnya pada game. Manfaat lain yang mungkin kurang disadari adalah aspek kecerdasan dan reflek saraf yang sebenarnya juga sedikit banyak terasah dalam sebuah game, terutama game yang bersifat sangat kompetitif. Itulah mengapa kini juga banyak dikembangkan game edukasi untuk anak-anak, karena dengan belajar melalui visualisasi yang menarik diharapkan semangat anak untuk belajar akan lebih terpacu. Selain itu manusia juga mempunyai sifat dasar lebih cepat mempelajari segala sesuatu secara visual-verbal. Itulah mengapa game sebenarnya juga baik jika dilibatkan dalam proses pendidikan (game edukasi).<br />
<br />
Namun jangan salah, game juga mempunyai beberapa pengaruh kurang baik dalam perkembangan anak kecil, oleh karena itu sebisa mungkin menghindarkannya dari game yang bersifat merusak atau destruktif. Untuk anak kecil tetaplah game edukasi yang terbaik, namun jika ingin menambahkan kategori lain dalam ‘menu hidangannya’, cukuplah untuk memberikan kategori olah raga atau balapan saja.<br />
<br />
Menyadari peluang bisnis dari industri ini semakin potensial, maka tak mengherankan jika banyak perusahaan yang mulai membuat konsep online untuk menjaring lebih banyak dolar ke dalam kantong mereka. Dan kemudian inilah yang terjadi saat ini, sebuah game tidak hanya dimainkan secara personal maupun jaringan beberapa <a href="http://www.beritanet.com/">komputer</a> saja, namun juga bisa dapat dimainkan secara massal bersama orang di seluruh dunia yang mengaksesnya. Kita bahkan bisa bermain dengan orang yang tidak kita kenal sekalipun. Bahkan ada pula perusahaan yang tidak segan-segan memberikan fitur ‘transaksi’ untuk game online ini. Yup, jual beli pun sudah merambah dalam game online. Ini merupakan bukti bahwa manusia dan imajinasinya merupakan hal yang tak terpisahkan.<br />
<br />
Secara cerdik perusahaan-perusahaan game ini telah berhasil membuat orang yang bermain melakukan hal-hal realistik untuk mendukung imajinasi virtualnya. Tidak hanya bertransaksi dalam game online, atau berperang secara online, bahkan berbohong pada orang tua demi beberapa jam di game center pun mungkin akan dilakukan. Memang secara moral perusahaan-perusahaan ini tidak bisa disalahkan, semua kembali kepada bagaimana kita menerima perkembangan <a href="http://www.beritanet.com/">teknologi</a> ini. Karena setiap kemajuan <a href="http://www.beritanet.com/">teknologi</a> akan selalu membawa dampak dan konsekwensinya masing-masing.(dna)UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-16488154748421154492009-11-27T23:30:00.000-08:002009-11-27T23:34:43.337-08:00Membangun Karakter Guru SD melalui Budaya ICT<span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Membangun Karakter Guru SD melalui Budaya ICT <br />
<br />
Oleh: Deni Darmawan <br />
<br />
Perubahan Ke Arah Positif <br />
<br />
Perubahan kadang bisa merubah budaya yang ada, baik secara sadar maupun tidak sadar. Jika kita telaah biasanya perubahan ke arah yang positif seakan berat dirasakan apalagi untuk merubah kondisi yang ada sebelumnya, sebaliknya perubahan ke arah yang negatif kadang tak terasa dan dengan mudah cepat merubah kondisi yang ada menjadi lebih parah. Inilah yang kadang menjadi penyakit bagi kemajuan suatu bangsa, golongan dan bahkan individu tertentu. Jika ini dibiarkan maka akan tercipta suatu budaya yang memang demikian, sehingga bangsa ini dalam berbagai bidang pembangunan akan sulit untuk berhasil terlebih dalam bidang pendidikan yang terus dituntut untuk selalu mampu memberikan layanan bagi generasi bangsa ini secara inovatif. <br />
<br />
Namun demikian kita yakin bahwa secara jujur kegagalan dan ketertinggalan yang sekarang kita alami diasumsikan karena adanya indikasi bahwa budaya kegagalan yang seharusnya hanya sebagai guyonan di atas justru masih kita menganutnya dan tumbuh secara mendarah daging pada diri kita. Untuk mengikisnya atau menggeser budaya tersebut memang akan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Namun kita yakin dengan bergulirnya waktu tentunya semua pihak terus bergerak mencari solusi pemecahan agar budaya yang tumbuh adalah budaya yang justru kita inginkan bersama. Inilah yang selama ini telah dilakukan dalam proses pembangunan di bidang pendidikan. Dalam prakteknya ini merupakan tanggung jawab bersama baik secara kelompok bahkan institusi, mulai dari level atau jenjang paling bawah hingga level pengambil kebijakan. <br />
<br />
Sebagaimana yang telah dicoba oleh Dirjen PMPTK (Penjamin Mutu Tenaga Pendidik dan Kependidikan) yang telah bekerjasama dengan Seamolec sebagai fasilitator terbentuknya konsorsium pertama yang beranggotakan 10 universitas di Indonesia, termasuk di alamnya adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hingga sekarang usia konsorsium pelaksana penyelenggaraan program sertifikasi dan peningkatan kualitas lulusan tenaga pendidik di level pendidikan dasar ini sudah berusia 2 tahun. Program layanan sertifikasi dan peningkatan kualifikasi tenaga pendidikan untuk level pendidikan dasar yang telah dilakukan oleh UPI yaitu dalam bentuk layanan perkuliahan melalui adopsi sistem dan teknologi pembelajaran jarak jauh yang dikenal dengan PJJ online. Karena yang menjadi saran adalah guru-guru SD di Kab/Kota yang belum S1 maka program ini biasa disebut dengan Program PJJ Online PGSD S1. <br />
</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><br />
Hingga sekarang jumlah mahasiswa program ini telah mencapai 300 orang yang terbagi ke dalam dua angkatan yaitu anggkatan 2006/07 dan 2007/08. Jumlah mahasiswa ini tersebar dalam 8 Kab/Kota yaitu: Kab Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Sumedang, Kab. Bandung, Kota Bandung, Kab. Cianjur dan Kab. Sukabumi. Pada usia yang ke-2 tahun ini maka maka setidaknya sudah pantas untuk dievaluasi secara internal maupun eksternal. Tegasnya bahwa sebelum dievaluasi oleh orang lain maka sudah selayaknya kita terlebih dulu mengevaluasi diri sendiri. Sudahkan UPI sebagai anggota konsorsium yang memiliki tugas sebagai pelaksana atau penyelenggara sistem pembinaan dan perkuliahan bagi para pendidik di daerah telah berhasil mewujudkan budaya perubahan ke arah yang positif secara lebih cepat atau perubahan tersebut memang masih belum terwujud. Secara kelembagaan tentunya UPI yang didukung SDM dengan kompetensi yang memadai tidak ingin hal ini menjadi suatu kegagalan ditengah jalan. Namun untuk mewujudkan keberhasilan ini perlu dukungan kebersamaan dan kesadaran semua pihak khususnya individu guru-guru sekolah dasar itu sendiri yang menjadi mahasiswanya. <br />
<br />
Budaya ICT Guru <br />
<br />
Melalui proses perkuliahan yang dikembangkan sedemikian rupa, mulai dari pembekalan keterampilan dasar Ict yang sangat mendadak dan waktu yang sangat pendek memang menjadi tantangan bagi para pengelola demikian juga bagi mahasiswa yang mayoritas adalah guru sekolah dasar dari 8 Kab/Kota yang berusia rata-rata di atas 40 tahun dapat dikatakan sebagai suatu pemutarbalikan era teknologi informasi dan komunikasi di tahun 80-an. Pada rentang tahun itulah rata-rata guru yang harus menempuh perkuliahan dengan sistem PJJ Online sekarang ini memiliki masa-masa tingkat kecepatan dan ketajaman berpikir dan menangkap sesuatu yang baru dengan cepat, dan berbeda 180 derajat jika hal itu dirasakan sekarang. <br />
<br />
Terlebih masalah budaya dan sudah menjadi kebiasaan rutin setiap hari yang sangat sulit untuk dirubah dengan segera, dan ini ternyata menjadi tantangan khusus bagi para dosen dan pengelola program PJJ S1 PGSD Online ini. Boleh dikatakan budaya ICT dimungkinkan hanya sekitar 0,2% dari 300 guru yang menjadi mahasiswa ini bahkan sekitar 65% guru belum pernah mengetik dengan komputer sekalipun apalagi mengenal dunia internet. Namun melalui 2-3 kali pembekalan khusus keterampilan komputer pengolah kata, pengolah angka, dan keterampilan dasar internet, mulai dari pendaftaran e-mail address yang dilakukan tim dosen selama proses resindesial, akhirnya keterbukaan wawasan dan cakrawala guru terhadap dunia ICT sudah mulai terbuka. Satu persatu mereka mampu menunjukkan keterampilan yang diharapkan. <br />
<br />
Penguasaan keterampilan internet ini merupakan harga mati dan ini boleh dikatakan sebuah suatu tantangan tersendiri bagi seluruh mahasiswa PJJ S1 PGSD Online UPI ini. Tantangan tersebut ternyata bisa dipecahkan melalui perubahan kebiasaan atau budaya sebelumnya, hari-demi hari dan minggu demi minggu bapak dan ibu guru dari daerah ini mulai terbiasa mengunjungi warnet-warnet dan ICT Center yang berada di Kab/Kota masing-masing untuk melayani mahasiswa agar bida melakukan akses internet demi jalannya proses perkuliahan secara online. <br />
<br />
Hingga pada tahun kedua ini ternyata budaya akses internet hingga tingkat kepemilikan sebuah flash disk mulai tumbuh dengan pesat di kalangan mahasiswa PJJ ini. Dalam pertemuan atau Tutor kunjung yang sudah beberapa kali dilakukan oleh dosen dan para pengelola maka melalui analisa kompetensi mahasiswa dalam penguasaan bidang ICT ini boleh dikatakan sudah lebih baik, dan dapat dikatakan Budaya ICT sudah dimiliki oleh mahasiswa PJJ ini. Indikator mulai tumbuhnya budaya ICT dikalangan guru-guru pilihan ini misalnya dapat dipancing melalui obrolan ringan dan lugu di mana beberapa guru yang sudah berusia sekitar 50 tahunan menanyakan pengalamannya melakukan hosting dan Browshing, atau chatting, di mana istilah-istilah ini biasa kita dengar dikalangan mahasiswa reguler usia 16-27 tahun. <br />
<br />
Ketika mengedengar kata-kata itu dari guruyang menjadi mahasiswa PJJ S1 PBSD Online tadi maka mendengarnya mungkin cukup unik tapi membanggakan. Ternyata diusia senja guru-guru Sekolah Dasar dari 8 Kab/Kota ini mampu bersaing dalam penguasaan ICT dengan komunitas lainnya yang barangkali lebih muda usia dan jam terbangnya. Setidaknya dari best Practice ini maka guru-guru tersebut akan mampu membangun suatu budaya baru dalam profesinya, bukan hanya untuk kepentingan perkuliahan saja, akan tetapi dalam menunaikan tugas-tugas kesehariannya sebagai guru di sekolah dasar diharapkan mampu menerapkannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya masing-masing. <br />
<br />
Kebiasaan-kebiasaan baru inilah dapat diyakini bahwa budaya baru yaitu "Budaya ICT" di kalangan guru sekolah dasar akan terbangun. Jika budaya sudah terbangun maka karakter individu gurupun akan terbentuk dengan sendirinya. Maka inilah yang diharapkan oleh semua pihak. <br />
<br />
Lebih Unggul dari Provinsi Lain <br />
<br />
Jika boleh penulis bandingkan kecepatan dalam merubah dan membangun budaya ICT di kalangan mahasiswa PJJ S1 PGSD Online UPI yang 100% adalah guru-guru SD dengan usia lanjut ini ternyata lebih unggul daripada mahasiswa dari provinsi lain yang diselenggarakan oleh 9 Universitas pada keanggotaan konsorsium awal. Hal ini sebagaimana telah disampaikan dalam Acara Vicon (Video Conference) di Kampus Institut Teknologi Bandung (Jum'at 26 April 2007) telah dilakukan bersama Dirjen PMPTK dan Pengelola PJJ S1 PGSD Online Tingkat Nasional yaitu perwakilan Seamolec untuk Indonesia dalam hal ini adalah Universitas Terbuka dan Pustekom. <br />
<br />
Jika penulis simak dari diskusi selama Vicon tersebut berlangsung dapat ditarik kesimpulan bahwa di dunia, Indonesia dianggap sebagai negara yang terbesar dalam penggunaan Teknologi Informasi dalam bidang pendidikan, sebagaimana contohnya untuk meningkatkan kompetensi guru SD maka dalam jangka 10 tahun akan dicetak 2,3 juta guru yang harus menguasai ICT dengan baik. Dengan melalui sistem Tutorial Online maka layanan akses pembelajaran jarak jauh oleh total anggota konsorsium penyelenggaran PJJ PGSD S1 online yang sudah berjumlah 23 Universitas ini akan mampu mewujudkan target tersebut. <br />
<br />
Khusus untuk UPI maka untuk tahun kedua ini akan segera melakukan proses MoU dengan ICT Center di masing-masing Kab/Kota yang selama ini telah menjalin kerjasama proses perkuliahan untuk mahasiswa angkatan pertama (tahun pelajaran 2006/07) dan Angkatan ke-2 (tahun pelajaran 2007/08). Adapun ICT center tersebut diantaranya adalah Ict Center Kab. Garut beralamat di SMK 2 Tarogong yang sudah berstandar Internasional, ICT Center Sumedang beralamat di SMK PGRI, ICT Center Kota Bandung dan Kab. Bandung yang beralamat di SMK 4 Kota Bandung, ICT Center Kab. Sukabumi beralamat di Yayasan Tarbiyah Islamiah (YASTI), dan ICT Center Kab. Cianjur yang beralamat di SMK1 Cianjur. <br />
<br />
Dengan demikian UPI sebagai Universitas Pendidikan yang diberi tugas dalam membangun kualitas guru sekolah dasar melalui penyelengaraan PJJ PGSD S1 Online yang bekerjasama dengan ICT Center Kab/Kota ini akan mampu menuntaskannya dengan baik. Sehingga perwujudan Karakter Guru SD yang menguasai bidang ICT bisa tercapai pula dengan cepat. Pada Akhirnya budaya ICT akan tumbuh sebagai budaya baru para guru sekolah dasar yang mampu mempercepat perubahan-perubahan positif lainnya, khususnya di lingkungan sekolahnya masing-masing</span>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-8254441564046297742009-11-23T06:11:00.001-08:002009-11-23T06:12:11.016-08:00Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar SiswaPendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. <span lang="NL">Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. </span><span lang="NL">Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, </span><br />
<span lang="NL"><a name='more'></a>motorik dan gaya hidupnya. </span><span lang="NL">Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar. </span><span lang="NL">Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. </span><span lang="NL">Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya. </span>Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Karena begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran. (d'hawwo)UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-13888921069178426562009-11-23T06:05:00.001-08:002009-11-23T06:06:47.950-08:00Pendekatan-pendekatan dalam teori pendidikan<div style="text-align: justify;"><a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/07/pendekatan-pendekatan-dalam-teori-pendidikan/" target="_blank">Pendidikan</a> dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.<span id="more-3137"></span><br />
Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan<br />
Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi. (Uyoh Sadulloh, 1994).<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> 1. Pendekatan Sains</b><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.<br />
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains <a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/07/pendekatan-pendekatan-dalam-teori-pendidikan/" target="_blank">pendidikan</a> atau ilmu <a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/07/pendekatan-pendekatan-dalam-teori-pendidikan/" target="_blank">pendidikan</a>, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1) sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2) psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa; (6) bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan terutama psikologi.<br />
Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> 2. Pendekatan Filosofi</b><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.<br />
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik. Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994)<br />
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat <a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/07/pendekatan-pendekatan-dalam-teori-pendidikan/" target="_blank">pendidikan</a>, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme; dan (4) rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003).<br />
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.<br />
<b> Essensialisme</b> menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.<br />
<b> Eksistensialisme</b> menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?<br />
<b> Progresivisme </b>menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.<br />
<b> Rekonstruktivisme </b>merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> 3. Pendekatan Religi</b><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.<br />
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.<br />
Terkait dengan teori <a href="http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/07/pendekatan-pendekatan-dalam-teori-pendidikan/" target="_blank">pendidikan</a> Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ <i>Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam</i>” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.<br />
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, <i>World Conference on Muslim Education </i>(Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “<i> Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”</i><br />
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.<br />
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam)<br />
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner <br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber:<br />
</div><div style="text-align: justify;">Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya<br />
Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional<br />
Hasan Langgulung, 1986. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna<br />
Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu I. (Diktat Kuliah). Bandung: UPI Bandung.<br />
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek<br />
</div>UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1359899233155763799.post-60081617385104715332009-11-23T05:42:00.000-08:002009-11-23T05:43:52.563-08:00WelcomeSelamat telah terbuatnya blog untuk UPTD Pendidikan TK dan SD Kecamatan Pare mudah-mudahan blog ini digunakan untuk memajukan SDM yang ada..............UPTD Pendidikan TK,SD Kec.Parehttp://www.blogger.com/profile/04453173145759673989noreply@blogger.com0